Apa yang sehat untuk diminum? Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa untuk hidup sehat insan perlu 2 liter cairan setiap hari. Saat ini, rata-rata orang sampaumur minum 1.7 liter dalam bentuk air putih, teh, kopi, soda, susu, jus dan lain-lain. Dari segi kuantitas, jumlah rata-rata ini sudah di bawah standar. Terlebih lagi, pengetahuan orang wacana jenis minuman yang sehat, dipenuhi banyak sekali kepercayaan yang belum tentu benar adanya. Artikel ini menyajikan banyak sekali fakta dan data seputar banyak sekali minuman yang sering kita konsumsi.
Air Putih
 |
| Air putih gambah orisinil oleh Jorge Barrios Lisensi Public Domain |
Jadi, berapa banyak air putih yang baik diminum? Biasanya orang akan berkata 8 gelas sehari (sekitar 2 liter), walapun anda tidak merasa haus. Pada tahun 2002, mahir psikologi dari Dartmouth Medical School di New Hampshire mencoba untuk melacak asal ajakan anggapan ini (Valtin, 2002). Jejak paling mutakhir berasal dari sebuah buku terbitan tahun 1974, yang secara umum menyarankan orang untuk meminum enam hingga delapan gelas paduan air putih, minuman ringan, kopi, teh, susu dan bahkan bir. Akan tetapi, validitas bukti ilmiah atas saran ini tidak sanggup ditunjukkan.
Menurut para mahir nutrisi dari Food and Nutrition Board yang merupakan potongan dari US National Academies of Science, Engineering and Medicine berpendapat bahwa, kebanyakan insan sehat secara alamiah sanggup memenuhi kebutuhan cairan dengan merespons rasa hausnya. Sebagai pengecualian, orang-orang renta yang sanggup mengalami kekurangan cairan tubuh lantaran prosedur tubuhnya untuk menjadikan rasa haus sudah melemah.
Secara umum, hanya sedikit manfaat tambahan yang diperoleh dengan minum air putih lebih dari yang dibutuhkan untuk menghilangkan dahaga. Air putih sesungguhnya tidak menghilangkan racun dari kulit, tidak memperlihatkan dampak kasat mata pada mengencangnya kulit, atau menghilangkan sembelit. Ada sedikit bukti ilmiah bahwa minum air hirau taacuh sanggup membantu memperabukan kalori, dan minum air putih ketika makan sanggup mengurangi asupan kalori. Hal ini lebih disebabkan lantaran air akan mengisi sebagian kawasan dalam perut kita. dan menciptakan kita kenyang sebelum makan lebih banyak (termasuk mengurangi minat kita untuk makan / minum yang manis-manis). Akan tetapi, dampak pribadi dari jumlah air yang masuk itu sendiri hingga sekarang belum jelas.
Terdapat penggalan-penggalan bukti ilmiah bahwa memperoleh cairan yang cukup sanggup membantu kita mengurangi banyak sekali masalah kesehatan misalnya, kangker usus besar dan kandung kemih, penyakit jantung, serta bisul akses kencing. Hal ini dikarenakan cukupnya cairan akan membantu ginjal untuk membuang kotoran dari tubuh, sehingga mengurangi kerusakan dan keausan pada ginjal kita. Dehidrasi sanggup menjadikan rasa pening, dan air sanggup menyembuhkan simtom ini. Minum banyak air ketika anda sedang menderita influenza, sanggup membantu mencairkan dan mengeluarkan lendir.
Minum terlalu banyak air putih memang bukan obat segala penyakit, akan tetapi dampak negatifnya juga tidaklah banyak. Minum terlalu banyak air putih (over-hydration) sanggup menjadikan kematian. Hal ini pernah terjadi contohnya pada beberapa pelari maraton atau pengguna ecstasy. Akan tetapi kejadian ini tergolong jarang. Hyponatremic ringan (kurangnya sodium dalam darah), mungkin merupakan dampak terburuk bagi orang yang terlalu banyak minum air putih. Hal inipun bukan ancaman yag besar, walaupun sanggup dihubungkan dengan munculnya gangguan kognitif dan resiko kelumpuhan bagi orang berusia lanjut.
Terdapat banyak klaim wacana manfaat minum air putih dalam jumlah yang banyak. Sayangnya, terdapat banyak sekali bias (kelemahan atau kemungkinan salah tafsir) pada penelitian-penelitian yang mendukung klaim-kalim ini. Misalnya, beberapa penelitian meyakini bahwa minum banyak air putih sanggup meningkatkan perhatian dan daya ingat pada bawah umur usia 7 hingga 9 tahun. Yang menjadikan bias ialah lantaran bawah umur pada rentang usia ini merupakan kelompok yang paling rawan terhadap dehidrasi. Dehidrasi sanggup menurunkan konsentrasi dan daya ingat. Sehingga kalau bawah umur ini minum secara cukup (tidak perlu dalam jumlah lebih besar), konsentrasi dan daya ingat mereka akan kembali bekerja normal.
Soda, Minuman Ringan dan Juice Buah
 |
| Berbagai jenis minuman ringan, soda dan minuman buah Gambar orisinil oleh Gregor Lisensi Public Domain |
Minuman-minuman bergula sanggup merusak gigi, semakin banyak kita minum maka semakin cepat kerusakan yang terjadi. Ada mitos yang menyampaikan bahwa kerusakan gigi sesungguhnya diakibatkan oleh adanya CO2 dalam minuman ini. Mitos ini muncul lantaran minuman bersoda menjadikan sensasi menyerupai ditusuk-tusuk pada gusi kita, berbeda dengan minuman lain. Ini tidaklah benar. Kerusakan gigi lebih disebabkan oleh paduan gula dan materi perasa kuliner contohnya asam fosfat.
Tingginya kandungan gula pada minuman ringan dan soda menciptakan kita memperoleh asupan kalori tambahan yang besar disamping makanan. Satu kaleng standar soda, mempunyai jumlah kandungan gula jauh di atas batas porsi gula tambahan per hari yang sehat. Kelebihan energi ini pada ujungnya akan ditimbun sebagai lemak. Oleh lantaran ini pulalah orang-orang yang kerap mengkonsumsi minuman bergula ini cenderung kegemukan, apapun kelas ekonomi atau etnisnya. Mengkonsumsi satu kaleng minuman bersoda, atau yang setara kadar gulanya, akan meningkatkan resiko diabetes type 2 sebesar 25%. Dampak-dampak ini dibuktikan contohnya oleh Schulze et.al. (2004) dan Malik et.al. (2010). Secara umum, sanggup disimpulkan bahwa mengkonsumsi minuman-minuman ini tidaklah baik bagi kesehatan.
Diet soda dan minuman dengan pelengkap buatan, yang katanya lebih sehat
Karena minuman bergula itu buruk, maka orang berpikir bahwa menghilangkan gula sanggup memecahkan persoalan. Terciptalah diet soda, minuman berkarbonasi yang mengandung pelengkap buatan sebagai pengganti gula. Sayangnya dampak yang dibutuhkan tersebut tidak selalu terjadi. Sebagian penelitian memperlihatkan bahwa mengganti soda dengan versi diet sanggup menurunkan berat badan, ironisnya sebagian penelitian lain malah memperlihatkan adanya peningkatan berat tubuh (misalnya dalam Yang (2010)). Konsumsi pelengkap buatan yang terlalu banyak juga sanggup menciptakan tubuh kita menjadi intoleran terhadap glukosa, yang menjadi cikal bakal diabetes tipe 2.
Paradoks ini terjadi lantaran dua sebab. Pertama, hasil eksperimen dengan subjek insan untuk memahami kekerabatan ini masih terbatas (terutama lantaran masalah etis atau tidaknya eksperimen semacam ini). Kedua, paradoks ini terjadi lantaran efek psikologis dan pola pikir konsumen. Misalnya, lantaran sudah mengkonsumsi versi diet, orang berpikir bahwa ia jadi bisa mengkonsumsi kuliner bagus lain contohnya es krim. Ada juga kemungkinan bahwa, pelengkap buatan, yang rasa manisnya jauh di atas gula, menciptakan takaran gula yang biasa dikonsumsi menjadi kurang manis. Akibatnya, orang cenderung meningkatkan takaran gula yang ia konsumsi. Kemungkinan lain, pelengkap buatan tidak ramah terhadap bakteri-bakteri di perut atau mengubah respons hormonal tubuh kita. Akibatnya tubuh sulit mengenali gula ketika ia masuk, sehingga asupan gula meningkat tanpa disadari (Swithers, 2013).
Paradoks ini haruslah menciptakan kita berhati-hati terhadap minuman yang mengandung pelengkap buatan. Ia dihentikan dikonsumsi setiap hari, dan harus dibatasi.
Juice buah, apalagi diklaim murni, nampak menyerupai alternatif sumber cairan yang sehat. Ia juga mengandung vitamin, mineral dan antioksidan, yang tidak dimiliki oleh minuman bagus lain. Sayangnya, ada beberapa manfaat buah yang sudah hilang sehabis ia dijadikan juice. Misalnya, buah jeruk mengandung 1.7 gram serat, sementara serat ini hanya tersisa 0.4 gram dalam juice jeruk. Ditambah lagi minuman ini sering mengandung terlalu banyak gula atau pelengkap buatan. Kandungan gula juice dalam kemasan bisa saja sama atau lebih tinggi dari coca cola. Akibatnya, resiko mengkonsumsi juice buah dalam kemasan (walaupun diklaim murni 100%) sama saja dengan soda atau minuman berpemanis lainnya.
Bahaya ini sulit untuk ditakar secara nyata, lantaran pengaruhnya juga bervariasi menurut frekuensi konsumsi, gaya hidup, dan rajin tidaknya peminum juice buah dalam berolah raga. Para peneliti masih tidak sanggup menyatakan mana yang lebih baik diantara minuman dengan gula tambahan, minuman berpemanis buatan atau juice buah murni. Yang niscaya semua minuman ini berpotensi membangkitkan diabetes tipe 2 (Imamura et.al., 2016).
Alternatif yang mungkin lebih baik ialah menciptakan sendiri juice buah anda. Walaupun ada serat yang hilang dari buah asli, setidaknya anda masih bisa mengontrol jumlah gula yang dipergunakan. Pastikan anda menggunakan gula secukupnya, atau lebih kondusif lagi tidak perlu menambahkan gula sama sekali.
Selain itu, ada alternatif pengganti minuman berenergi yang lebih murah, yaitu susu cokelat rendah lemak. Paduan karbohidrat dan proteinnya 4:1. Ini ideal untuk pemulihan otot sehabis berolah raga. Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa minuman ini sama atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan minuman berenergi komersial (Pritchett & Pritchett, 2012).
Air susu ibu memperlihatkan paduan nutrisi yang tepat bagi pertumbuhan awal bayi. Setelah itu, susu sapi lemak penuh (full-fat) menjadi minuman yang disarankan untuk pertumbuhan otak. Asupan lemak yang disarankan turun menjadi 1-2%, sehabis melewati usia 2 tahun. Akan tetapi, para peneliti sesungguhnya belum mengetahui apakah susu mempunyai manfaat unik bagi anak atau tidak. Sebagai contoh, penelitian di Kenya memperlihatkan bahwa pemberian susu sanggup membantu bawah umur yang terlambat tumbuh, utuk kemudian tumbuh normal. Akan tetapi, dampak pemberian susu tidak lebih baik dibandingkan dampak pemberian suplemen selain susu (Wiley, 2005; Wiley, 2010).
Dampak spesifik minum susu bagi orang sampaumur lebih membingungkan lagi. Misalnya, anggapan bahwa kalsium tambahan dari susu vital untuk kesehatan dan kekuatan tulang. Makanan-makanan lain juga banyak yang mengandung kalsium, contohnya kacang-kacangan. Mayoritas mahir kala ini beropini bahwa paduan diet yang sehat dan aktifitas tubuh yang cukuplah yang sanggup menjaga kesehatan tulang.
Kita juga mungkin perlu berhati-hati untuk tidak mengkonsumsi susu terlalu banyak. Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa mengkonsumsi tiga gelas susu per hari selama 20 tahun secara umum meningkatkan mortalitas, dibandingkan kalau kita hanya minum segelas susu sehari (Michaëlsson, et.al., 2014). Walaupun demikian, para peneliti mengingatkan bahwa banyak bias yang terkandung dalam hasil ini. Karena, selama 20 tahun, terdapat banyak faktor lain yang turut mempengaruhi mortalitas.
Susu kedelai mengandung phytoestrogen yang dianggap membantu mencegah kangker payudara dan prostat, mengurangi resiko osteoporosis dan mengurangi dampak emosional lantaran menopause (Messina & Loprinzi, 2001). Sayangnya, hingga ketika ini manfaat-manfaat ini belum teruji secara meyakinkan dalam eksperimen. Beberapa penelitian bahkan sebaliknya memperlihatkan bahwa konsumsi susu kedelai malah meningkatkan resiko kangker payudara.
Banyak orang yang menganggap bahwa kopi tidak baik bagi tubuh kita. Ia mengandung banyak kafein yang sanggup menciptakan orang kecanduan, sulit tidur, dan diasosiasikan dengan resiko serangan jantung. Walaupun ia sanggup menjadikan rasa bugar, imbas ini sangat singkat, dan tubuh peminumnya menjadi resistan. Akibatnya, peminum kopi sesungguhnya tidak lebih bugar dari orang yang tidak minum kopi sama sekali. Apalagi minuman ini sesungguhnya hanya mengandung sedikit energi, sementara ia membutuhkan banyak sumber daya, terutama air, untuk diproduksi. Nampak sangat jelek bukan?
Beberapa studi memperlihatkan bahwa meminum teh hijau atau teh hitam, sanggup menurunkan resiko kangker payudara, perut, dan paru-paru. Akan tetapi simpulan ini tidak konklusif. Misalnya Boehm et.al. (2009) menyimpulkan bahwa 51 penelitian yang melibatkan sampel lebih dari 1,2 juta orang memperlihatkan fakta yang sebaliknya.
Manfaat-manfaat lain dari teh juga nampaknya hanya kurang jelas ada. Ekstrak teh hijau dan hitam memang sanggup menurunkan kadar gula darah pada tikus yang menderita diabetes, serta meningkatkan metabolisme glukosa pada insan sehat. Teh dan ekstraknya juga sanggup menurunkan tekanan darah pada orang-orang yang beresiko terhadap penyakit kardiovaskular. Penelitian terhadap binatang memperlihatkan bahwa catechins, senyawa yang terdapat pada teh hitam, sanggup menghambat enzim yang mencerna lemak dan pati serta kemungkinan sanggup meningkatkan metabolisme. Faktor-faktor ini mungkin sanggup menjelaskan kekerabatan lemah antara konsumsi teh dan penurunan berat badan. Tetapi jangan bahagia dahulu, lantaran berkurangnya bobot tubuh ini sangat kecil dan tidak signifikan dalam meningkatkan kesehatan. Dampak dari faktor-faktor ini juga kemungkinan akan terlibas oleh faktor-faktor gaya hidup yang lain.
Walaupun manfaat teh tidak didukung bukti ilmiah yang kuat hingga ketika ini, tetap saja menikmati teh tidak ada salahnya. Memang pernah ada seorang perempuan yang kehilangan seluruh giginya pada usia 47 tahun lantaran overdosis flouride akhir konsumsi teh. Akan tetapi ini terjadi lantaran selama 17 tahun ia mengkonsumsi 100-150 teh celup per hari. Bagi kebanyak kita, kandungan flouride pada teh sesungguhnya sanggup melindungi gigi. Sebuah studi memperlihatkan bahwa teh hijau dan teh hitam sama efektifnya untuk melindungi gigi sebagaimana mouthwash komersial.
Dari sisi kardiovaskuler, mungin ada sedikit bukti atas kepercayaan ini. Sebuah studi yang dilakukan di Arizona memperlihatkan bahwa, cuka sanggup menstabilkan gula darah dan insulin baik pada penderita diabetes maupun orang sehat, apabila mereka minum cuka (yang diencerkan) sebelum mengkonsumsi karbohodrat kompleks. Asam asetat, yang memperlihatkan rasa cuka, diduga sebagai zat yang memungkinkan hal ini. Akan tetapi peneliti belum bisa memastikan, lantaran cuka juga mengandung banyak sekali asam amino yang sanggup mengakibatkan hal ini.
Kemampuan cuka untuk menurunkan berat tubuh belum sanggup dipastikan. Akan tetapi sebuah penelitian di Korea Selatan memperlihatkan bahwa, walaupun berat tubuh tidak berkurang, pengkonsumsi cuka akan kehilangan sebagian lemak jahat dalam tubuh mereka.
Walaupun bermanfaat, sayangnya asam cuka juga sanggup beresiko merusak gigi kita. Oleh lantaran itu, bukan hal yang bijaksana untuk mengkonsumsi cuka dalam jumlah banyak.
Demikianlah mitos, fakta, manfaat dan kerugian dari banyak sekali minuman yang terkenal di sekitar kita. Masing-masing jenis minuman ini mempunyai resiko dan potensi manfaat masing-masing. Oleh lantaran itu, memadukan banyak sekali minuman ini, dan mengkonsumsinya secara tidak berlebihan mungkin merupakan pilihan terbaik bagi kita. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda untuk sanggup hidup dengan lebih sehat.
Untuk memperdalam pengetahuan anda, saya menyarankan untuk juga menelaah daftar referensi berikut. Terima kasih banyak atas pinjaman anda dalam blog ini.
Paradoks ini terjadi lantaran dua sebab. Pertama, hasil eksperimen dengan subjek insan untuk memahami kekerabatan ini masih terbatas (terutama lantaran masalah etis atau tidaknya eksperimen semacam ini). Kedua, paradoks ini terjadi lantaran efek psikologis dan pola pikir konsumen. Misalnya, lantaran sudah mengkonsumsi versi diet, orang berpikir bahwa ia jadi bisa mengkonsumsi kuliner bagus lain contohnya es krim. Ada juga kemungkinan bahwa, pelengkap buatan, yang rasa manisnya jauh di atas gula, menciptakan takaran gula yang biasa dikonsumsi menjadi kurang manis. Akibatnya, orang cenderung meningkatkan takaran gula yang ia konsumsi. Kemungkinan lain, pelengkap buatan tidak ramah terhadap bakteri-bakteri di perut atau mengubah respons hormonal tubuh kita. Akibatnya tubuh sulit mengenali gula ketika ia masuk, sehingga asupan gula meningkat tanpa disadari (Swithers, 2013).
Paradoks ini haruslah menciptakan kita berhati-hati terhadap minuman yang mengandung pelengkap buatan. Ia dihentikan dikonsumsi setiap hari, dan harus dibatasi.
Juice buah dalam kemasan
 |
| Juice buah dalam kemasan Gambar orisinil oleh Kayukayu10 Lisensi Crative Commons |
Bahaya ini sulit untuk ditakar secara nyata, lantaran pengaruhnya juga bervariasi menurut frekuensi konsumsi, gaya hidup, dan rajin tidaknya peminum juice buah dalam berolah raga. Para peneliti masih tidak sanggup menyatakan mana yang lebih baik diantara minuman dengan gula tambahan, minuman berpemanis buatan atau juice buah murni. Yang niscaya semua minuman ini berpotensi membangkitkan diabetes tipe 2 (Imamura et.al., 2016).
Alternatif yang mungkin lebih baik ialah menciptakan sendiri juice buah anda. Walaupun ada serat yang hilang dari buah asli, setidaknya anda masih bisa mengontrol jumlah gula yang dipergunakan. Pastikan anda menggunakan gula secukupnya, atau lebih kondusif lagi tidak perlu menambahkan gula sama sekali.
Minuman berenergi dan isotonik
Minuman berenergi biasanya digembar-gemborkan sanggup meningkatkan performa atlet, dengan kemampuannya untuk mengganti cairan tubuh dan menambah energi serta elektrolit (sodium, potasium dan klorit). Jika dibandingkan dengan minum air putih saja, klaim-klaim ini sebagian benar. Akan tetapi, dampak konkret biasanya hanya teramati pada atlet-atlet profesional kelas elit. Otot-otot para atlet ini bekerja dengan efektifitas yang tinggi dan mengeluarkan energi dalam jumlah yang besar. Sementara bagi orang biasa, minuman berenergi tidak akan memperlihatkan manfaat apa-apa. Ditambah lagi minuman-minuman ini biasanya juga mengandung gula dalam jumlah yang besar.Selain itu, ada alternatif pengganti minuman berenergi yang lebih murah, yaitu susu cokelat rendah lemak. Paduan karbohidrat dan proteinnya 4:1. Ini ideal untuk pemulihan otot sehabis berolah raga. Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa minuman ini sama atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan minuman berenergi komersial (Pritchett & Pritchett, 2012).
Susu
Susu ialah paduan yang kaya akan air, protein, mineral, vitamin, lemak dan kolesterol. Semua jenis mamalia sanggup memproduksi susu, akan tetapi hanya manusialah satu-satunya spesies yang mengkonsumsi susu sehabis dewasa.Air susu ibu memperlihatkan paduan nutrisi yang tepat bagi pertumbuhan awal bayi. Setelah itu, susu sapi lemak penuh (full-fat) menjadi minuman yang disarankan untuk pertumbuhan otak. Asupan lemak yang disarankan turun menjadi 1-2%, sehabis melewati usia 2 tahun. Akan tetapi, para peneliti sesungguhnya belum mengetahui apakah susu mempunyai manfaat unik bagi anak atau tidak. Sebagai contoh, penelitian di Kenya memperlihatkan bahwa pemberian susu sanggup membantu bawah umur yang terlambat tumbuh, utuk kemudian tumbuh normal. Akan tetapi, dampak pemberian susu tidak lebih baik dibandingkan dampak pemberian suplemen selain susu (Wiley, 2005; Wiley, 2010).
Dampak spesifik minum susu bagi orang sampaumur lebih membingungkan lagi. Misalnya, anggapan bahwa kalsium tambahan dari susu vital untuk kesehatan dan kekuatan tulang. Makanan-makanan lain juga banyak yang mengandung kalsium, contohnya kacang-kacangan. Mayoritas mahir kala ini beropini bahwa paduan diet yang sehat dan aktifitas tubuh yang cukuplah yang sanggup menjaga kesehatan tulang.
Kita juga mungkin perlu berhati-hati untuk tidak mengkonsumsi susu terlalu banyak. Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa mengkonsumsi tiga gelas susu per hari selama 20 tahun secara umum meningkatkan mortalitas, dibandingkan kalau kita hanya minum segelas susu sehari (Michaëlsson, et.al., 2014). Walaupun demikian, para peneliti mengingatkan bahwa banyak bias yang terkandung dalam hasil ini. Karena, selama 20 tahun, terdapat banyak faktor lain yang turut mempengaruhi mortalitas.
Susu kedelai
Susu kedelai merupakan subtitusi terkenal bagi susu sapi. Susu kedelai mengandung lebih sedikit lemak, namun sayangnya sering diproduksi dengan gula tambahan. Kemampuannya untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL cholesterol) juga nampaknya terlalu dilebih-lebihkan. Mengganti konsumsi susu sapi dengan susu kedelai kira-kira hanya menurunkan asupan kolesterol jahat sebanyak 3%. Jumlah ini tidak signifikan bagi peningkatan kesehatan.Susu kedelai mengandung phytoestrogen yang dianggap membantu mencegah kangker payudara dan prostat, mengurangi resiko osteoporosis dan mengurangi dampak emosional lantaran menopause (Messina & Loprinzi, 2001). Sayangnya, hingga ketika ini manfaat-manfaat ini belum teruji secara meyakinkan dalam eksperimen. Beberapa penelitian bahkan sebaliknya memperlihatkan bahwa konsumsi susu kedelai malah meningkatkan resiko kangker payudara.
Kopi
 |
| Kopi Espresso Gambar orisinil oleh Demion Lisensi Creative Commons |
Faktanya, banyak penelitian yang memperlihatkan bahwa anggapan-anggapan tersebut sangat berlebihan. Tidak ada bukti bahwa asupan kafein dalam jumlah yang sedang berbahaya bagi tubuh (Pourshahidi et.al., 2016). Kecanduan akan kafein pun sangat gampang dihilangkan. Hanya dengan mengurangi porsi konsumsi kopi secara gradual selama sebulan, kecanduan ini bisa hilang sama sekali.
Disamping kafein, kopi juga kaya akan senyawa yang disebut asam klorogenat. Senyawa ini dikenal bisa mengurangi peresapan glukosa. Walaupun cara kerja senyawa ini belum diketahui secara jelas, akan tetapi keberadaan senyawa ini mendukung simpulan pengamatan bahwa peminum kopi umumnya lebih jarang menderita diabetes tipe 2 (Van Dam & Hu, 2005).
Sayangnya, biji kopi mengandung dua jenis minyak, cafestol dan kahweol, yang nampaknya besar lengan berkuasa meningkatkan kolesterol jahat yang menyumbat pembuluh darah. Tapi jangan khawatir lantaran kedua jenis minyak ini akan hilang selama proses pembuatan kopi (selama kopi ini disaring).
Penelitian-penelitian yang sudah ada juga tidak memperlihatkan adanya kekerabatan antara konsumsi kopi dengan resiko kangker. Sebaliknya, minum kopi dalam jumlah yang masuk akal diduga sanggup sedikit mengurangi resiko kangker. Resiko kangker pada peminum kopi meningkat ketika ia minum lebih dari 40 cangkir sehari dan pada peminum kopi ala turki. Kopi turki digiling sangat halus dan tidak disaring ketika disajikan. Akibatnya, biji kopi yang mengandung dua minyak jahat tadi banyak yang terminum. Sementara, peminum kopi berat umumnya juga merokok dan minum alkohol. Kedua faktor inilah yang diduga lebih berkontribusi pada timbulnya kangker, bukan lantaran kopi itu sendiri.
Satu-satunya ancaman kesehatan yang konkret ialah lantaran kopi biasanya diminum panas-panas. Minuman panas (di atas 70 derajat celsius) apapun sanggup meningkatkan resiko kangker kerongkongan (esofagus). Makara silahkan saja menikmati kopi, asalkan dinantikan agak hirau taacuh terlebih dahulu dan jangan terlalu manis.
Teh
Teh umumnya dikenal sebagai minuman yang sehat. Teh, khusunya teh hijau, digembar-gemborkan banyak mengandung antioksidan dan senyawa anti kangker. Jangan bahagia dahulu, lantaran nampaknya mitos ini tidak seluruhnya benar.Beberapa studi memperlihatkan bahwa meminum teh hijau atau teh hitam, sanggup menurunkan resiko kangker payudara, perut, dan paru-paru. Akan tetapi simpulan ini tidak konklusif. Misalnya Boehm et.al. (2009) menyimpulkan bahwa 51 penelitian yang melibatkan sampel lebih dari 1,2 juta orang memperlihatkan fakta yang sebaliknya.
Manfaat-manfaat lain dari teh juga nampaknya hanya kurang jelas ada. Ekstrak teh hijau dan hitam memang sanggup menurunkan kadar gula darah pada tikus yang menderita diabetes, serta meningkatkan metabolisme glukosa pada insan sehat. Teh dan ekstraknya juga sanggup menurunkan tekanan darah pada orang-orang yang beresiko terhadap penyakit kardiovaskular. Penelitian terhadap binatang memperlihatkan bahwa catechins, senyawa yang terdapat pada teh hitam, sanggup menghambat enzim yang mencerna lemak dan pati serta kemungkinan sanggup meningkatkan metabolisme. Faktor-faktor ini mungkin sanggup menjelaskan kekerabatan lemah antara konsumsi teh dan penurunan berat badan. Tetapi jangan bahagia dahulu, lantaran berkurangnya bobot tubuh ini sangat kecil dan tidak signifikan dalam meningkatkan kesehatan. Dampak dari faktor-faktor ini juga kemungkinan akan terlibas oleh faktor-faktor gaya hidup yang lain.
Walaupun manfaat teh tidak didukung bukti ilmiah yang kuat hingga ketika ini, tetap saja menikmati teh tidak ada salahnya. Memang pernah ada seorang perempuan yang kehilangan seluruh giginya pada usia 47 tahun lantaran overdosis flouride akhir konsumsi teh. Akan tetapi ini terjadi lantaran selama 17 tahun ia mengkonsumsi 100-150 teh celup per hari. Bagi kebanyak kita, kandungan flouride pada teh sesungguhnya sanggup melindungi gigi. Sebuah studi memperlihatkan bahwa teh hijau dan teh hitam sama efektifnya untuk melindungi gigi sebagaimana mouthwash komersial.
Air kelapa
Air kelapa dikenal kaya akan potasium dan dianggap sanggup membantu tubuh untuk menyerap cairan kala berkegiatan berat. Jika hal ini benar maka air kelapa sanggup meningkatkan resiko kita untuk mengalami kelebihan cairan (overhydration). Studi terakhir memperlihatkan bahwa hal ini tidak sepenuhnya benar. Air kelapa ternyata tidak lebih baik dibandingkan air putih biasa. Hingga sekarang juga tidak ada cukup bukti bahwa air kelapa meningkatkan resiko overhydration.Cuka
Dikisahkan bahwa Cleopatra dahulu mencelupkan mutiara dalam cuka, sebagai ramuan untuk menarik cinta Mark Anthony. Setelah 2000 tahun orang masih mempercayai bahwa cuka sanggup membantu mengatasi disfungsi ereksi, menurunkan tekanan darah, kolesterol dan berat badan.Dari sisi kardiovaskuler, mungin ada sedikit bukti atas kepercayaan ini. Sebuah studi yang dilakukan di Arizona memperlihatkan bahwa, cuka sanggup menstabilkan gula darah dan insulin baik pada penderita diabetes maupun orang sehat, apabila mereka minum cuka (yang diencerkan) sebelum mengkonsumsi karbohodrat kompleks. Asam asetat, yang memperlihatkan rasa cuka, diduga sebagai zat yang memungkinkan hal ini. Akan tetapi peneliti belum bisa memastikan, lantaran cuka juga mengandung banyak sekali asam amino yang sanggup mengakibatkan hal ini.
Kemampuan cuka untuk menurunkan berat tubuh belum sanggup dipastikan. Akan tetapi sebuah penelitian di Korea Selatan memperlihatkan bahwa, walaupun berat tubuh tidak berkurang, pengkonsumsi cuka akan kehilangan sebagian lemak jahat dalam tubuh mereka.
Walaupun bermanfaat, sayangnya asam cuka juga sanggup beresiko merusak gigi kita. Oleh lantaran itu, bukan hal yang bijaksana untuk mengkonsumsi cuka dalam jumlah banyak.
Demikianlah mitos, fakta, manfaat dan kerugian dari banyak sekali minuman yang terkenal di sekitar kita. Masing-masing jenis minuman ini mempunyai resiko dan potensi manfaat masing-masing. Oleh lantaran itu, memadukan banyak sekali minuman ini, dan mengkonsumsinya secara tidak berlebihan mungkin merupakan pilihan terbaik bagi kita. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda untuk sanggup hidup dengan lebih sehat.
Untuk memperdalam pengetahuan anda, saya menyarankan untuk juga menelaah daftar referensi berikut. Terima kasih banyak atas pinjaman anda dalam blog ini.
Daftar Pustaka
- Boehm, K., Borrelli, F., Ernst, E., Habacher, G., Hung, S. K., Milazzo, S., & Horneber, M. (2009). Green tea (Camellia sinensis) for the prevention of cancer. The Cochrane Library.
- Coombes, J. S., & Hamilton, K. L. (2000). The effectiveness of commercially available sports drinks. Sports Medicine, 29(3), 181-209.
- Malik, V. S., Popkin, B. M., Bray, G. A., Després, J. P., Willett, W. C., & Hu, F. B. (2010). Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes. Diabetes care, 33(11), 2477-2483.
- Imamura, F., O'Connor, L., Ye, Z., Mursu, J., Hayashino, Y., Bhupathiraju, S. N., & Forouhi, N. G. (2016). Consumption of sugar sweetened beverages, artificially sweetened beverages, and fruit juice and incidence of type 2 diabetes: systematic review, meta-analysis, and estimation of population attributable fraction. British journal of sports medicine, 50(8), 496-504.
- Messina, M. J., & Loprinzi, C. L. (2001). Soy for breast cancer survivors: a critical review of the literature. The Journal of nutrition, 131(11), 3095S-3108S.
- Michaëlsson, K., Wolk, A., Langenskiöld, S., Basu, S., Lemming, E. W., Melhus, H., & Byberg, L. (2014). Milk intake and risk of mortality and fractures in women and men: cohort studies. Bmj, 349, g6015.
- Pourshahidi, L. K., Navarini, L., Petracco, M., & Strain, J. J. (2016). A Comprehensive Overview of the Risks and Benefits of Coffee Consumption. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, 15(4), 671-684.
- Pritchett, K., & Pritchett, R. (2012). Chocolate milk: a post-exercise recovery beverage for endurance sports. In Acute Topics in Sport Nutrition (Vol. 59, pp. 127-134). Karger Publishers.
- Schulze, M. B., Manson, J. E., Ludwig, D. S., Colditz, G. A., Stampfer, M. J., Willett, W. C., & Hu, F. B. (2004). Sugar-sweetened beverages, weight gain, and incidence of type 2 diabetes in young and middle-aged women. Jama, 292(8), 927-934.
- Swithers, S. E. (2013). Artificial sweeteners produce the counterintuitive effect of inducing metabolic derangements. Trends in Endocrinology & Metabolism, 24(9), 431-441.
- Valtin, H. (2002). “Drink at least eight glasses of water a day.” Really? Is there scientific evidence for “8× 8”?. American Journal of Physiology-Regulatory, Integrative and Comparative Physiology, 283(5), R993-R1004.
- Van Dam, R. M., &a Hu, F. B. (2005). Coffee consumption and risk of type 2 diabetes: a systematic review. Jama, 294(1), 97-104.
- Wiley, A. S. (2005). Does milk make children grow? Relationships between milk consumption and height in NHANES 1999–2002. American Journal of Human Biology, 17(4), 425-441.
- Wiley, A. S. (2010). Dairy and milk consumption and child growth: Is BMI involved? An analysis of NHANES 1999–2004. American Journal of Human Biology, 22(4), 517-525.
- Yang, Q. (2010). Gain weight by “going diet?” Artificial sweeteners and the neurobiology of sugar cravings. Yale J Biol Med, 83(2), 101-108.
0 Response to "Minuman Sehat, Bukan Sekedar Jumlah Tetapi Juga Jenis"
Post a Comment